THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 04 Oktober 2009

UJIAN PERSAHABATAN

Alin sedang kesal kepada maya. Mereka bertengkar saat jam istirahat tadi. Masalahnya, maya belum mengembalikan buku cerita alin, padahal itu buku kesukaan alin, oleh-oleh dari om akmal, adik papa yang tinggal di singapura. Yang membuat alin tambah jengkel, maya tidak mengakui klo ia meminjam buku itu. Padahal alin ingat betul, maya yang meminjam buku itu.

Sudah beberapa hari alin dan maya bermusuhan. Tidak saling bertegur sapa, padahal mereka selalu bersama. Mereka bersahabat sejak kelas 1 SD sampai mereka SMP. Rumah mereka berdekatan, pergi dan pulang sekolah selalu bersama.

Alin sedang mengerjakan tugas di dalam kamar, saat itu mama alin masuk ke kamar alin dan duduk disamping alin “sedang buat apa, sayang? “ Tanya mama.

“tugas bahasa Indonesia, ma.”

“sudah selesai?”

“tinggal sedikit lagi…uaaah…!” alin merentangkan tangan sambil meluruskan punggung nya yang terasa pegal. Ia menyenderkan badan ke mama.

“wah, manjanya kumat, nih” goada mama. Alin Cuma meringis.

“lin, mama perhatikan, maya kok sekarang jarang main ke rumah, ya?” tiba-tiba mama bertanya. Alin sedikit kaget. Rupanya mama memperhatikan juga. Ia terdiam agak lama. “alin enggak berteman lagi sama maya, ma” ujar alin.

“lo, kenapa bisa begitu?” Tanya m,ama heran.

“soal nya maya belum mengembalikan buku alin. Dia bilang, dia enggak pinjam. Padahal itu buku kesukaan alin, ma, oleh-oleh om akmal.”

“oo…, “ mama mengangguk-angguk tanda mengerti. “tapi, bagaimana kalau alin yang lupa?” Tanya mama pelan, supaya alin tidak marah.

“mama, kok bilang gitu? Alin yakin, kok.” Alin menatap mama. Mama tersenyum, mengusap kepala alin dengan sabar.

“bukan begitu, saying. Mama hanya mencoba kemungkinan lain. Barang kali cuma salah paham. Alin dan maya kan sudah lama bersahabat. Masa sekarang bermusuhan. Cari sahabat itu tidak mudah loh…” alin diam saja.

Pada hari minggu sore, alin sendirian di rumah. Papah dan mama pergi menghadiri undangan pernikahan. Biasanya, di hari libur seperti itu, maya selalu dating ke rumah alin, atau sebalik nya. Mereka bermain scrabble, bersepeda atau saling bertukar baca buku cerita baru. Pokok nya asyik.

Sekarang alin merasa kesepian dan kehilangan. Apa persahabatan mereka benar-benar akan berakhir?

Padahal, seingat alin, maya selama ini selalu baik dan jujur. Kalau pinjam buku, pasti dikembalikan. Baru sekali ini berbeda. Alin menghela nafas panjang, kemudian beranjak ke kamar. Lebih baik ia merapikan kamar daripada melamun sendirian.

Alin mulai sibuk merapikan meja belajarnya. Ia lalu menyapu lantai kamarnya. Ketika menyapu bagian kolong tempat tidurnya, hiiii… sangat berdebu. Alin mendorong sapu ke arah dinding. Eh, sapunya menyentuh sesuatu! Alin berusaha menjangkau benda itu, nah, dapat! Oh, alin terkejut melihatnya. Benda itulah yang ia cari-cari selama ini. Buku cerita kesukaannya. Kenapa ada di situ ya?

Alin membersihkan debu yang menempel di bukunya itu sambil mengingat-ingat. Ah, alin kini ingat. Waktu itu, ia membaca buku tersebut sambil berbaring. Rupanya alin ketiduran dan buku itu jatuh ke kolong tempat tidur.

Berarti selama ini alin salah, karena sudah menuduh maya. Maya memang tidak meminjam buku itu. Aduh, malunya alin. Pantas saja maya tampak tersinggung dituduh demikian. Alin bertekad untuk meminta maaf pada maya. Ia tidak mau kehilangan sahabat baiknya.

Alin menunggu di teras rumah maya. Ia sudah bersiap-siap kecewa andai maya tidak mau memaafkannya. Yang penting ia sudah mengakui kesalahannya. Kata bu guru, orang yang berjiwa besar adalah orang yang berani mengakui kesalahan dan mau minta maaf.

Maya akhirnya keluar ke teras. Ia diam saja melihat alin.

“may, aku minta maaf ya, sudah menuduh kamu selama ini, aku yang salah. Kemarin bukunya aku temukan di bawah tempat tidurku.” Kata alin pnuh perasaan. Ia menungg reaksi maya. Tapi maya masih diam.

“may, kamu masih marah?” alin bertanya ragu-ragu. “kita masih bersahabat, kan? Aku kangen main sama-sama lagi,” alin mengungkapkan isi hati nya.

Maya hanya menatap alin, tapi mulai tersenyum sedikit. Perlahan kemudian senyumnya semakin lebar.

“aku juga kangen,” kata maya.

“jadi kamu memaafkan aku?” Tanyanya sambil meluk maya.

“iya, asal kamu janji nggak seperti itu lagi.” Jawab maya. Alin mengangguk.

“iya, aku janji.” Keduanya tertawa. Mereka senang bisa bertsahabat kembali.

0 komentar: